Gabah kering yang disimpan di leuit atau lumbung Baduy adalah padi yang dihasilkan dari ladang atau huma. Gabah-gabah tersebut dapat disimpan hingga 50 tahun dan masih layak untuk di konsumsi.
Jika menyusuri Baduy, mulai dari Baduy Luar hingga Dalam. Jamak akan ditemui sejumlah lumbung padi atau warga menyebutnya leuit di tiap-tiap kampung yang ada. Ada 3 jenis bentuk lumbung di masyarakat yang mendiami Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten ini. Yaitu leuit lenggang, leuit mandiri, dan leuit karumbung.
Pembedanya ada dibentuk bangunan dan juga kapasitas ikat padi yang dapat ditampung. Umumnya Baduy Luar menggunakan leuit karumbung yang mampu menampung 500 ikat gabah. Sedangkan leuit lenggang ataupun leuit mandiri banyak ditemukan di Baduy Dalam, dan ini bisa menampung hingga 1000 ikat.
Gabah-gabah kering yang disimpan di lumbung adalah hasil dari padi yang dihasilkan dari ladang atau huma. Gabah-gabah tersebut dapat disimpan hingga 50 tahun dan masih layak untuk di konsumsi. Luar biasa...
Foto : Kodjang
Jika menyusuri Baduy, mulai dari Baduy Luar hingga Dalam. Jamak akan ditemui sejumlah lumbung padi atau warga menyebutnya leuit di tiap-tiap kampung yang ada. Ada 3 jenis bentuk lumbung di masyarakat yang mendiami Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten ini. Yaitu leuit lenggang, leuit mandiri, dan leuit karumbung.
Pembedanya ada dibentuk bangunan dan juga kapasitas ikat padi yang dapat ditampung. Umumnya Baduy Luar menggunakan leuit karumbung yang mampu menampung 500 ikat gabah. Sedangkan leuit lenggang ataupun leuit mandiri banyak ditemukan di Baduy Dalam, dan ini bisa menampung hingga 1000 ikat.
Gabah-gabah kering yang disimpan di lumbung adalah hasil dari padi yang dihasilkan dari ladang atau huma. Gabah-gabah tersebut dapat disimpan hingga 50 tahun dan masih layak untuk di konsumsi. Luar biasa...
Menanam, Menata Hingga Menumbuk Padi, Ada Aturannya
Setiap kepala keluarga di masyarakat Baduy minimal memiliki 1 buah leuit. Ini berhubungan dengan kepercayaan Sunda Wiwitan yang mereka anut. Dimana berladang adalah sebuah kewajiban bagi masyarakatnya. Pun begitu dengan menyimpan hasilnya, dalam hal ini gabah ke dalam leuit. Hasil padinya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan juga upacara adat. Tabu bagi mereka untuk memperdagangkan padi hasil ladang.
Masyarakat Baduy tidak sembarang menanam padi. Mereka wajib menanam setidaknya 3 jenis padi di ladangnya yaitu Pare Koneng, Pare Siang, dan Pare Ketan Langgasari, karena ketiganya dianggap sakral. Mereka boleh menanam varietas lainnya tapi tidak boleh bersinggungan langsung dengan padi-padi yang dianggap sakral tersebut.
Penggunaan benih, pupuk dan pestisida modern pun menjadi pantangan bagi masyarakat Baduy. Oya, untuk benih penanaman di tahun berikutnya mereka tidak memasukkannya ke leuit, tapi bulir-bulir yang dianggap unggul dipisahkan, disimpan dalam kotak-kotak kayu di rumah mereka.
Setiap kepala keluarga di masyarakat Baduy minimal memiliki 1 buah leuit. Ini berhubungan dengan kepercayaan Sunda Wiwitan yang mereka anut. Dimana berladang adalah sebuah kewajiban bagi masyarakatnya. Pun begitu dengan menyimpan hasilnya, dalam hal ini gabah ke dalam leuit. Hasil padinya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan juga upacara adat. Tabu bagi mereka untuk memperdagangkan padi hasil ladang.
Masyarakat Baduy tidak sembarang menanam padi. Mereka wajib menanam setidaknya 3 jenis padi di ladangnya yaitu Pare Koneng, Pare Siang, dan Pare Ketan Langgasari, karena ketiganya dianggap sakral. Mereka boleh menanam varietas lainnya tapi tidak boleh bersinggungan langsung dengan padi-padi yang dianggap sakral tersebut.
Penggunaan benih, pupuk dan pestisida modern pun menjadi pantangan bagi masyarakat Baduy. Oya, untuk benih penanaman di tahun berikutnya mereka tidak memasukkannya ke leuit, tapi bulir-bulir yang dianggap unggul dipisahkan, disimpan dalam kotak-kotak kayu di rumah mereka.
Desa adat Baduy sarat akan ritual. Pembuatan leuit harus melalui pertimbangan dan perhitungan Puun atau ketua adat. Pengaturan peletakan ikatan padi di lumbung pun ada aturannya. Pengambilan padi gabah dari lumbung padi untuk ditumbuk di saung lesung pun tidak bisa dilakukan sembarangan.
Pengambilan padi untuk ditumbuk mesti dilakukan berdasarkan tradisi masyarakat Baduy. Hari Selasa dan Jumat, dianggap sebagai hari pantangan untuk mengambil padi gabah dari leuit. Pasalnya, pada hari-hari tersebut, Dewi Padi atau Nyi Pohaci dianggap sedang pengantinan (eukeur pangantenan).
Pengambilan padi untuk ditumbuk mesti dilakukan berdasarkan tradisi masyarakat Baduy. Hari Selasa dan Jumat, dianggap sebagai hari pantangan untuk mengambil padi gabah dari leuit. Pasalnya, pada hari-hari tersebut, Dewi Padi atau Nyi Pohaci dianggap sedang pengantinan (eukeur pangantenan).
Lumbung atau leuit bagi masyarakat Baduy, ternyata bukan hanya sebagai sarana penyimpanan padi semata. Namun sarat akan kearifan tradisi yang terkandung di dalamnya.
Foto : Kodjang
EmoticonEmoticon