Kamis, 09 Mei 2019

Mengenal Rumah Adat Sumba

True Mag

Di tengah laju modernitas, warga Sumba masih memegang teguh budayanya. Jejak itu bisa ditemukan di sejumlah kampung adat yang sudah berusia ratusan tahun. Salah satunya adalah Kampung Praijing di Tebara.
Kampung Adat Praijing terletak di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Tmur. Di kampung ini tersisa 38 rumah tradisional khas Sumba. Sebelum mengalami kebakaran pada tahun 2000 silam, tercatat ada 42 rumah tradisional di kampung ini.
Kampung adat ini terletak di bukit Praijing yang berjarak tiga kilometer dari pusat kota Waikabubak. Dari ketinggian, kita dapat leluasa menikmati bentang kota Waikabubak dan pesona alam dengan hamparan sawahnya yang menghijau.
Rumah adat Sumba biasa disebut Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu bermakna rumah besar, sementara Uma Mbatangu berarti rumah menara. Rumah tradisional Sumba berbentuk rumah panggung dengan atap berundak menjulang bak menara.
Menyimpan Makna
Tokoh setempat menyebutkan rumah adat di kampung tersebut terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian bawah (Lei Bangun) dipergunakan untuk memelihara hewan ternak, bagian tengah (Rongu Uma) untuk penghuni, dan bagian atas atau menara (Uma Daluku) diperuntukkan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan alat pusaka.
Penduduk setempat meyakini bahwa Marapu bersemayam dan menyaksikan mereka dari menara ini, sehingga titik ini mendapat perlakuan khusus. Menara yang berada di tengah rumah ini ditopang empat tiang yang sekaligus juga berfungsi sebagai penopang rumah. 
Ruang di antara empat tiang ini difungsikan sebagai tempat untuk memasak. Perapian ini juga berfungsi untuk mengawetkan bahan makanan yang disimpan di atasnya.
Pada tiap tiang terdapat semacam ukiran yang digunakan sebagai pintu pembeda antara pintu laki-laki dan pintu perempuan. Pintu atau 'tiang perempuan' letaknya dekat dengan dapur yang merupakan pusat aktivitas Inna (ibu). Sementara tiang lainnya disebut dengan 'tiang laki-laki' karena tempatnya bedekatan dengan ruang tamu tempat pada pria berdiskusi.
Biasanya pintu laki-laki digunakan oleh kepala rumah tangga atau ayah untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan pintu perempuan digunakan oleh ibu yang akan pergi ke pasar.
Kepercayaan Marapu
Mayoritas warga Sumba memeluk kepercayaan Marapu. Marapu merupakan agama asli yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba. Diartikan "yang dipertuan" atau "yang dimuliakan", agama ini merupakan keyakinan yang didasari pada pemujaan arwah-arwah leluhur.
Dalam bahasa Sumba, arwah-arwah leluhur itu disebut Marapu, yang memiliki arti 'yang dipertuan' atau 'yang dimuliakan'. Itulah sebabnya agama yang mereka anut juga disebut Marapu.


EmoticonEmoticon